Sampuraga dan ibunya yang sudah tua tinggal di desa Padang Bolak. Kehidupan keduanya sangat miskin. Ibu Sampuraga harus bekerja keras dengan menjadi buruh tadi di ladang-ladang yang memerlukannya.
Setelah menginjak remaja Sampuraga ingin merantau. Ia pun meminta ijin pada ibunya, “Aku akan pergi ke kerajaan Pidoli ibu. Jika aku sudah menjadi orang kaya nanti, maka aku akan kembali dan menjemputmu.”
Dengan berat hati Ibu Sampuraga melepas kepergian anaknya. Setiap hari ia selalu mendoakan keselamatan dan keberhasilan bagi Sampuraga. Sementara itu Sampuraga pun dnegan mudah mendapatkan pekerjaan di Pidoli.
Sampuraga yang rajin telah membuat usaha seorang saudagar kaya di Pidoli maju pesat. Sebagai ucapan terima kasih, saudagar itu memberikan sejumlah uang pada Sampuraga. Dengan uang itu Sampuraga pun berdagang dan mencapai kesuksesan dalam waktu singkat.
Hingga akhirnya Sampuraga memberanikan diri melamar putri saudagar kaya. Pernikahan keduanya akan dirayakan dengan pesta yang besar. Berita pernikahan Sampuraga ini dengan cepat tersebar. Bahkan ibu Sampuraga di Padang Bolak pun mendengarnya.
Ibu Sampuraga datang ke Pidoli untuk melihat apakah Sampuraga yang diberitakan oleh orang-orang adalah anaknya.
Namun sayang ketika sampai di Pidoli Sampuraga tidak mengakui ibunya. Dengan perasaan sedih ibu Sampuraga berkata, “air susuku ini yang akan membuktikan apakah kau adalah anakku atau bukan.”
Pada saat bersamaan kilat datang menyambar. Ibu Sampuraga memeras air susunya. Ajaibnya payudara ibu Sampuraga mengeluarkan air susu yang semakin lama semakin banyak. Air susu itu berubah menjadi air bah yang menenggelamkan Pidoli.
Ibu Sampuraga pun menghilang.
Sementara itu Pidoli telah berubah menjadi sebuah kolam yang besar. Hingga kini orang mengenalnya dengan nama Kolam Sampuraga yang berada di Mandailing Natal Sumatera Utara.
Hikmah cerita :
Seburuk apapun ibu kita, namun kita tetap harus menghormatinya. Karena ibu adalah orang yang telah melahirkan kita ke dunia.
Kolam Sampuraga
Label:
Legenda,
Sumatera Utara
Langganan:
Posting Komentar (Atom)






0 komentar:
Posting Komentar