Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Malin Kundang

Dahulu kala ada sebuah keluarga nelayan yang hidup di tepi pantai. Sayangnya sudah beberapa tahun berlalu, si ayah tidak pernah pulang. Tidak ada kabar berita setelah sekian lama si ayah pergi mencari ikan di lautan. 

Kini tinggallah si ibu dan seorang anak laki-lakinya yang masih kecil. Anak itu bernama Malin. Sejak ayahnya tidak pernah pulang, si Malin selalu dibawa ibunya bekerja dan digendong di belakang. Dalam bahasa setempat, digendong dibelakang disebut dnegan “Kundang”. Jadilah nama anak laki-laki itu menjadi Malin Kundang. 


Pada suatu hari si Malin jatuh ketika digendong oleh ibunya. Tangan kanannya terkena batu dan meninggalkan luka yang tidak pernah bisa hilang. Bahkan ketika Malin semkin besar, luka itu masih ada dan menjadi tanda baginya. 

Hari berganti hari dan Malin pun tumbuh menjadi pemuda yang gagah perkasa. Sebagai anak, Malin Kundang ingin meringankan beban ibunya. Hingga di suatu hari Malin Kundang berkata pada ibunya. 

“Aku sekarang sudah besar, bu. Ijinkan aku bekerja di kapal para saudagar.” 

“Pergilah anakku. Bekerjalah dengan baik agar kau bisa mendapatkan kesuksesan. Ibu akan selalu mendoakanmu.” 

Malin Kundang pun bekerja sebagai awak kapal di kapal besar milik seorang saudagar yang kaya raya. Sejak kapal tempat Malin Kundang pergi berlayar, si ibu selalu datang ke pelabuhan menanti anaknya pulang. Setiap hari si ibu juga selalu mendoakan keselamatan dan kesuksesan bagi Malin Kundang. 

Namun sayang, kapal yang ditumpangi oleh Malin Kundang dirampok di tengah lautan. Seluruh awak kapal mati dan kapalnya hancur. Doa ibu Malin Kundang ternyata membawa anaknya ini selamat . Setelah berhari-hari terombang ambing ombak di lautan, akhirnya Malin Kundang terdampar di sebuah pulau. 

Malin Kundang diselamatkan oleh penduduk setempat dan tinggal di rumah seorang saudagar kaya. Setelah badannya kembali sehat, Malin Kundang pun bekera di tempat sang saudagar. Untuk membalas kebaikan sang saudagar, Malin Kundang pun bekerja dnegan sangat baik. 

Hingga akhirnya sang saudagar meminta Malin Kundang untuk menikah dengan putrinya. Sejak saat itu usaha sang saudagar diserahkan pada Malin Kundang. Tersebarlah berita tentang saudagar Malin Kundang yang kaya raya. Berita ini pun didengar oleh ibu Malin Kundang yang masih setia menunggu kedatangan anaknya di pelabuhan. 

Tibalah saatnya kapal besar Malin Kundang berlayar ke pelabuhan di desa kelahirannya. Ibu Malin Kundang menanti kedatangan anaknya dengan penuh suka cita. Hatinya sangat gembira membayangkan segera bertemu dengan anaknya. 

Ketika Malin Kundang turun dari kapal, si ibu yang tua rentapun mendekatinya. Melihat ada tanda luka di tangan Malin Kundang, yakinlah si ibu kalau saudagar kaya yang ada di hadapannya adalah anak laki-lakinya. Namun sayang, ketika si ibu akan memeluk anaknya, Malin Kundang justru menghardiknya. 

“Pergi kau. Aku tidak mempunyai ibu yang tua renta seperti dirimu.” Wanita tua itu sangat sedih mendengar Malin Kundang tidak lagi mengakuinya sebagai ibu. Ia pun mengutuk anak laki-lakinya itu menjadi batu.  

Hikmah Cerita :  
Doa ibu akan selalu dikabulkan oleh Tuhan. Jadi jangan pernah membuat ibu kalian kecewa jika ingin mendapatkan doa baik dari ibu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar